Cerita Kegemukan Sebagai Penyebab Sulit Hamil
Kegemukan dan penyebab sulit hamil
Ngomong-ngomong judul tulisannya tepat nggak ya ? Soalnya artikel ini cuma bercerita soal teman yang tadinya nggak hamil-hamil tapi akhirnya bisa punya anak juga. He he he, nggak apa-apa ‘kan.
Oke, para ahli umumnya sepakat bahwa kegemukan atau obesitas
bisa menyebabkan wanita sulit hamil.
Studi mengenai hal ini sudah banyak dilakukan dan sudah banyak terbukti.
Kegemukan sebagai salah satu penyebab
sulit hamil pada wanita adalah fakta ilmiah bukan mitos.
Tapi disini saya tidak akan bicara soal kegemukan sebagai
penyebab wanita sulit hamil dari sisi ilmiah, biarlah topik serius ini menjadi
kajian ditempat lain saja. Disini saya hanya akan cerita santai mengenai dua
orang teman saya yang gemuk-gemuk (he he he … sorry guys). Satu pria dan satunya lagi wanita. Kebetulan keduanya
dahulu mempunyai pengalaman tentang sulitnya mereka mendapatkan kehamilan. Tapi
dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya mereka bisa hamil juga.
Saya dan dua teman ini dahulu bekerja satu tim pada sebuah
perusahaan swasta yang berlokasi di Senayan, Jakarta. Sekarang kami berpisah
dan bekerja sendiri-sendiri. Kami berpisah saat perusahaan menawarkan program
pensiun dini (pendi) kepada para karyawannya. Saya dan teman yang pria
mengambil program pensiun dini, sedangkan teman yang wanita memilih tetap
bekerja di perusahaan swasta itu. Sesekali kami masih berkomunikasi jarak jauh
lewat telpon atau email.
Kedua teman saya itu sebetulnya tidak gemuk-gemuk amat. Saya
agak susah menjelaskan bagaimana gemuknya, tapi yang pria hanya sedikit lebih
gemuk dari artis / pelawak Kasino pentolan grup lawak Warkop DKI. Sedangkan
teman yang wanita lebih kurus dari pelawak Nunung Srimulat. Mudah-mudahan kedua
artis idola saya ini berbaik hati tidak keberatan dijadikan pembanding soal
berat badan he he he ...
Kembali pada soal kegemukan
sebagai penyebab sulit hamil. Nah, kebetulan kedua teman saya ini punya
jodoh alias menikah dengan pasangan yang gemuk juga. Jadi kedua pasangan
sama-sama gemuk. Saat menikah kedua pasangan tidak terlalu gemuk, tapi seiring
dengan berjalannya waktu kedua pasangan tambah makmur dan tambah gemuk sedikit.
Setahun dua tahun after
married, kedua teman saya masih belum ada tanda-tanda hamil atau akan punya
anak. Kemana-mana kedua pasangan masih kayak pacaran saja. Simple. Kalau ada
acara family gathering paling-paling bawa
satu tas ransel punggung. Sudah itu saja. Bandingkan dengan teman lain yang
bawa tiga anak, ribet dah bawa tas gede-gede.
Kedua teman saya belum punya anak bukan karena ikut program KB.
Mereka hanya belum beruntung, karena belum dikaruniai bayi atau anak saja. Jadi
sama sekali tidak ada niatan untuk menunda
kehamilan.
Selanjutnya karena mereka sangat ingin punya anak, maka kedua
pasangan itu pun berusaha dengan sungguh-sungguh. Mereka kesana-kemari menemui
dokter atau orang yang mereka anggap yang ahli agar mereka bisa segera hamil. Ada
yang berlatar belakang kedokteran modern dan ada pula yang dari pengobatan
alternatif.
Saya masih ingat, karena kami satu tim kerja maka kami
sering bertukar-tukar off alias tukar hari libur. Alasan tukar off kedua teman
saya ini hampir selalu sama yaitu ke dokter kandungan atau pun ke orang yang ahli
soal kehamilan. Kami, saya bersama teman-teman tim yang lain, sangat memahami
dan memaklumi hal itu. Bagaimanapun perasaan
ingin punya anak sangatlah manusiawi. Toh kami juga punya keluarga. Jadi
perasaan kami tidak jauh berbeda. Jadi bagi kami semua, selama tidak mengganggu
dan pekerjaan beres maka saling tukar off jalan terus.
Seringnya menemui dokter atau orang ahli tentu menghabiskan
biaya yang tidak sedikit. Untunglah ditempat kami bekerja, karyawan memperoleh
dana medical reimbursement atau
tunjangan kesehatan satu kali gaji dalam setahun, jadi lumayan meringankan lah.
Nah, biasanya dua teman ini pada pertengahan tahun lewat dikit, dana reimbursement-nya sudah habis untuk
urusan ke “dokter hamil” ini.
Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh kedua pasangan teman
saya ini pun akhirnya bisa hamil dan punya anak. Teman saya yang pria punya
satu anak, sedang yang wanita punya dua anak. Selain mengikuti anjuran ber-KB
dari pemerintah, tentu umur juga menjadi pertimbangan, sehingga anak mereka
tidak banyak. Tapi satu atau dua itu juga sudah sangat sangat patut disyukuri.
Sekarang anak-anak mereka sudah besar. Dulu saat mereka
masih kecil-kecil, jika mereka dibawa ke kantor oleh orang tuanya mereka suka
mengaku sebagai anak paling cantik sedunia. Dan jika kami bilang bukan yang
paling cantik, mereka cemberut dan nggak mau bersalaman. Ah, dasar anak-anak.
Saya salut dengan usaha mereka untuk mempunyai anak. Mereka bisa
mengatasi kegemukan yang oleh kajian ilmiah sering diyakini sebagai penyebab sulit hamil. Sekarang mereka hidup
berbahagia dengan anak-anak mereka.
Ah, kegigihan mereka berdua secara tak langsung membuat saya
merasa lebih menyayangi anak-anak di rumah.